EKSPRESIKAN EMPATI ANDA

Resensi Buku The Power of Empathy in Leadership

(Mengoptimalkan Performa Karyawan dengan Prinsip Empati)

Oleh : Achmad Nadjamudin Junus

Suatu waktu dikisahkan seorang tukang pipa (plumber) mendapat pekerjaan untuk memperbaiki keran air yang bocor dari seorang pemimpin perusahaan otomotif terbesar di Jerman. Pemimpin perusahaan itu khawatir kebocoran keran tersebut dapat membahayakan puteranya yang masih kecil. Singkat cerita tukang pipa itu telah beres memperbaikinya. Dua minggu kemudian, sang tukang menelpon sang pemimpin dan menanyakan apakah keran airnya masih bermasalah. Sang tukang ternyata diketahui memiliki kemampuan “melihat lebih jauh” dari tugasnya. Dia melakukan semua itu bukan sekedar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Kisah nyata ini belum tamat. Sang pemimpin sangat terkesan dengan sang tukang yang bernama Christopher L. Jr. dan merekrutnya. Kini Christopher menjabat sebagai GM Customer Satisfication & Public Relation Mercedes Benz.

Tentu Anda dan kita semua ingin memiliki bawahan/karyawan yang mampu “melihat lebih jauh” seperti Christoper. Namun bagaimana cara mewujudkannya?

“Anita, sudah seminggu ini saya lihat Anda selalu datang lebih awal dari jam kerja. Kami semua tahu itu dan senang melihatnya”. Itulah salah satu cara memberikan pujian yang spesifik dan efektif dari seorang pemimpin kepada bawahan yang sering datang terlambat dan mulai terlihat ada perbaikan. Pemimpin tersebut sudah bisa memahami perasaan dan pikiran serta merasa senasib dengan bawahan dalam perjuangan menuju cita-cita dan harapan bersama. Apabila sudah demikian, maka Anda sudah berperilaku sebagai pemimpin yang berempati.

Sedangkan bagi sang bawahan, akan merasa dihargai dan tidak ada hambatan lagi baginya untuk menunjukkan seluruh potensi yang dimiliki. Kalau sudah demikian harapan Anda untuk memiliki “aset” karyawan yang bersemangat, bermotivasi, serta mampu “melihat lebih jauh” hanya tinggal menunggu waktu.

Begitu banyak karyawan dalam masa percobaan tiga bulan pertama bekerja dengan semangat optimal, penuh harapan, dan pengabdian. Namun enam bulan kemudian semangat itu meredup, harapan memudar, dan pengabdian penuh pamrih. Siapa yang seharusnya terlebih dahulu mengintrospeksi diri? Jawabannya adalah Bos. Para pemimpin di organisasi/perusahaan/instansi yang seharusnya berani mengatakan bahwa ada masalah dengan gaya interaksi dari atasan dengan bawahan.

Pada abad 21 ini, seorang pemimpin tidaklah cukup hanya mengandalkan kepintaran dalam menguasai ilmu pengetahuan/keterampilan, perencanaan strategi yang inovatif, kemampuan eksekusi yang unggul dan cepat saja, namun harus juga memiliki kemampuan mengekspresikan empati, sehingga dapat meningkatkan performance Anda secara keseluruhan. Kepemimpinan dengan empati dapat dijadikan “alat” manajemen strategi dan kinerja yang sangat efektif yang pada gilirannya dapat mengoptimalkan bawahan/karyawan. Bila demikian halnya, maka sesungguhnya Anda pun sudah menjadi pemimpin yang juga telah mampu “melihat lebih jauh”.

Ternyata kemajuan dan kesuksesan adalah hasil dari banyak kesalingtergantungan Anda dengan siapapun dan apa pun di alam raya ini. Oleh karena itu dalam berinteraksi perlu mengekspresikan empati Anda dengan cara kesabaran untuk mendengar; mengalokasikan waktu untuk berdiskusi dengan bawahan; memilih kata dan ungkapan yang tidak menyinggung harga diri dan tidak menjatuhkan rasa percaya diri; menjaga bahasa tubuh agar tidak berkesan negatif; membantu karyawan mencapai pemikiran dan ide yang bermanfaat; mengontrol emosi meskipun di bawah tekanan waktu dan target kerja; memberikan motivasi dan kemampuan kerja. Selanjutnya jangan dilupakan untuk mengemukakan fakta yang didukung data; membagi (sharing) pengetahuan dan keterampilan; menciptakan iklim agar lingkungan berprestasi, membagi pengetahuan dan keterampilan, memberikan semangat berprestasi, tetap firm but fair dalam menegur dan mengambil tindakan disiplin; menghargai perbedaan pendapat; memberikan apresiasi kepada bawahan; serta memberikan konseling dan pelatihan.

Di tangan Raja Bambang Sutikno, M.B.A., sang pekerja tulen selama 30 (tiga puluh) tahun di perusahaan kecil, menengah, dan raksasa, seluruh penjelasan lengkap dan contoh-contoh nyata mengenai penerapan prinsip empati, dapat kita temukan dalam buku yang berjudul The Power of Empathy in Leadership – Mengoptimalkan Performa Karyawan dengan Prinsip Empati yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2007.

Seluruh subplot buku ini menyatu membangun sebuah pedoman rinci (semacam “tongkat putih”). Kepiawaian Raja Bambang Sutikno merangkai pengalaman dalam balutan struktur kalimat yang cukup komunikatif dengan bahasa sederhana dan terselip juga humor-humor segar, terasa sekali mengalir deras dan laju. Memang benar seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Guru Besar Psikologi – Universitas Indonesia dalam kata sambutannya, bahwa buku ini dibuat untuk mengisi kekosongan praktik terapan di lapangan dari perkembangan teori ilmiah di dunia akademik dalam kepemimpinan transformational. Dengan demikian buku ini cukup menarik dan dapat dijadikan panduan bagi para manajer atau calon pemimpin dalam rangka meningkatkan kualitas kepemimpinannya.

Namun sangat disayangkan, buku dengan isi yang sangat bagus ini akan segera terasa menjemukan, terutama akibat dari ketebalan buku (344 halaman) yang terkesan “berat” untuk dibaca. Padahal akan lebih cerdas kalau buku ini dipecah misalnya menjadi 5 (lima) seri buku menurut topik-topiknya yang menarik. Lebih-lebih tidak diragukan lagi isi buku ini sungguh menimbulkan hasrat pembacanya untuk melahap habis isinya dalam sekali kesempatan baca.

Teknis dan Motivasi

Salah satu hal yang menarik dalam buku ini adalah diberikannya kiat untuk pengembangan diri, baik bidang teknis maupun motivasi, yaitu rajin membaca dan mendengar serta rajin bertemu dengan orang-orang yang sukses.

Buku yang terdiri dari 10 (sepuluh) Bab ini akan mengupas habis secara teori dan praktik hal-hal yang terkait dengan empati dalam kepemimpinan, antara lain pemahaman interaksi dengan empati; perbaikan motivasi kerja karyawan; aplikasi dan konsistensi berempati.

Hal lain yang disumbangkan buku ini adalah beberapa kiat penting untuk menjaga serta membangun empati dalam interaksi seperti umpan balik korektif yang dapat menjaga harga diri dan rasa percaya diri serta membangun kerjasama; memberi umpan balik positif yang mampu menciptakan suasana menyenangkan; menghindari umpan balik negatif yang akan menghancurkan hubungan baik dan kerjasama yang telah dijalin selama ini; membedakan situasi dan kondisi yang mampu membedakan sikon bercanda, berdiskusi, dan kritik; memperhatikan kepada siapa kita berinteraksi dengan menggunakan kata/istilah yang sesuai; mengatasi gangguan masalah kepaduan (chemistry) seperti merasa tidak cocok dengan wajah atau bentuk fisik bawahan; serta memperhitungkan pesan/materi yang akan disampaikan, terutama dalam hal pesan/materi yang rumit dan banyak.

Kesuksesan/keberhasilan seorang pemimpin terutama didukung gaya interaksinya yang kuat. Gaya interaksi yang kuat ditentukan kemampuan menerapkan empati secara prima. Kebiasaan menerapkan empati dalam interaksi adalah bagian dari pembentukan karakter yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang hebat bukan diukur dari seberapa gagal dan berani menghadapi karyawannya, melainkan seberapa sikap santun terhadap mereka. Kemudian diuraikan pula dalam buku ini pelajaran di dalam buku ini, bahwa pemimpin yang berhasil/sukses bukanlah yang mencari kekuasaan untuk diri sendiri, melainkan mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai cita-cita bersama.

Isi buku ini pun selain sebagai pedoman bagi Anda baik atas nama diri sendiri sebagai individu, sebagai manajer atau teman sekerja, juga dapat dijadikan investasi Anda, karena dalam interaksi secara empati tidak ada peluang untuk bersikap angkuh, sombong, merasa super, dan gila hormat; atau sebaliknya, merasa rendah diri, kurang pede, kurang gaul, dan takut dilangkahi, karena semua itu akan dinetralisasi oleh sikap empati yang Anda ekspresikan.

Sudah bukan zamannya lagi seorang manajer yang semakin banyak memproses tindak disiplin terhadap anak buahnya, maka semakin hebat dia di mata presdirnya. Manajemen harus memberikan bimbingan, keteladanan, serta pelatihan. Memberikan konseling adalah sangat berbeda dengan memarahi. Tugas manajemen bukan mencari-cari kesalahan karyawan, tetapi justru mengembangkan potensi-potensi mereka, karena setiap karyawan tentu memiliki potensi yang akan bermanfaat bagi perusahaan. Adalah tugas para pemimpin untuk menggali potensi itu. Disinilah peran penting empati dalam memimpin.

Raja Bambang Sutikno pun masih sempat menyelipkan kata-kata motivasi yang benar-benar menggugah penuh makna, seperti: Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang banyak; Bicaralah sedikit dan benar, kalau Anda ingin dianggap mempunyai martabat; Orang-orang yang gagal pada dasarnya tidak menyadari kegagalannya, karena sikapnya yang cepat menyerah ketika kegagalan menimpa; Ujian yang sesungguhnya terhadap kepemimpinan bukanlah dari mana dia mulai, melainkan dimana dia berakhir, dan satu lagi yang perlu direnungkan, yaitu: Bila Anda tidak jujur terhadap diri sendiri, Anda tidak akan bisa jujur kepada orang lain.

Harus kita sadari, bahwa kemajuan dan kesuksesan perusahaan sangat tergantung pada performa para bawahan/karyawannya. Performa yang tinggi hanya dapat dicapai apabila tingkat komitmen dan loyalitas para karyawan tinggi. Ketika seorang pemimpin memiliki empati tinggi untuk berkomunikasi secara positif dan sinergik, dia akan secara tulus dan ikhlas membuka batin terdalam serta pikiran akal sehatnya untuk menerima semua kemungkinan dalam upaya mendapatkan manfaat terbaik untuk semua orang. Dengan prinsip empati mengawal Anda untuk mendengar dengan hati, mata, dan pikiran secara objektif.

Akhirnya mulailah kita berempati secara konsisten, bersahabat baik dengan orang-orang yang sukses dan bersahabat karib dengan buku. Salah satu sahabat karib itu adalah buku ini.

 

One thought on “Ekspresikan Empati Anda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *